Praktikum 1
PRAKTIKUM 1
PENENTUAN PARAMETER
MATERIAL PEMBENTUK BETON
Pemeriksaan
Berat Volume Agregat
Tujuan
Pemeriksaan ini
bertujuan untuk menentukan berat volume agregat halus, kasar, atau campuran
yang didefinisikan sebagai perbandingan antara berat material kering dengan
volumenya.
Alat
dan Bahan
Alat
Peralatan yang
digunakan dalam praktikum pemeriksaan berat volume agregat adalah sebagai
berikut.
1. Timbangan
dengan ketelitian 0,1% berat contoh
2. Talam
dengan kapasitas cukup besar untuk mengeringkan benda uji agregat
3. Tongkat
pemadar dengan diameter 15 mm dan panjang 60 cm yang ujungnya bulat.
4. Mistar
perata
5. Sekop
6. Wadah
baja berbentuk silinder dengan alat pemegang berkapasitas berikut
Tabel
Spesifikasi Wadah Baja yang Digunakan dalam
Praktikum
Kapasitas (dm3)
|
Diameter (mm)
|
Tinggi (mm)
|
Tebal Wadah Minimum (mm)
|
Ukuran Butir Maksimum Agregat (mm)
|
|
Dasar
|
Sisi
|
||||
2,832
|
152,4 ± 2,5
|
154,9 ± 2,5
|
5,08
|
2,54
|
12,7
|
9,345
|
203,2 ± 2,5
|
292,1 ± 2,5
|
5,08
|
2,54
|
25,4
|
14,158
|
254,0 ± 2,5
|
279,4 ± 2,5
|
5,08
|
3
|
38,1
|
28,316
|
355,6 ± 0,5
|
284,4 ± 2,5
|
5,08
|
3
|
101,6
|
Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini
adalah agregat halus dan kasar.
Prosedur
Percobaan
a.
Berat Isi Lepas
1.
Masukkan agregat ke
dalam talam sekurang-kurangnya sebanyak kapasitas wadah sesuai dengan tabel 2.1
lalu keringkan dengan oven pada suhu (110 ± 5)o C sampai berat
menjadi tetap untuk digunakan sebagai benda uji.
2.
Timbang dan catat berat
wadah
3.
Masukkan benda uji
dengan hati-hati agar tidak terjadi pemisahan butir-butir dari ketinggian 5 cm
di atas wadah dengan menggunakan sendok atau sekop sampai penuh.
4.
Ratakan permukaan benda
uji dengan menggunakan mistar perata.
5.
Timbang dan catatlah
berat wadah beserta benda uji (W2).
6.
Hitunglah berat benda
uji (W3 = W2 - W1).
b.
Berat isi agregat
ukuran butir maksimum 38,1 mm (1,5”) dengan cara penusukan
1.
Masukkan agregat ke
dalam talam sekurang-kurangnya sebanyak kapasitas wadah sesuai dengan tabel 2.1
lalu keringkan dengan oven pada suhu (110 ± 5)o C sampai berat
menjadi tetap untuk digunakan sebagai benda uji.
2.
Timbang dan catat berat
wadah (W1)
3.
Isilah wadah dengan
benda uji dalam tiga lapis yang sama tebal. Setiap lapis dipadatkan dengan
tongkat pemadat yang ditusukkan sebanyak 25 kali secara merata.
4.
Ratakan permukaan benda
uji dengan menggunakan mistar perata.
5.
Timbang dan catatlah
berat wadah beserta benda uji (W2).
6.
Hitunglah berat benda
uji (W3 = W2 - W1).
c.
Berat isi pada agregat
ukuran butir antara 38,1 mm (1,5”) sampai 101,1 mm (4”) dengan cara
penggoyangan
1.
Masukkan agregat ke
dalam talam sekurang-kurangnya sebanyak kapasitas wadah sesuai dengan tabel 2.1
lalu keringkan dengan oven pada suhu (110 ± 5)o C sampai berat
menjadi tetap untuk digunakan sebagai benda uji.
2.
Timbang dan catatlah
berat wadah (W2).
3.
Isilah wadah dengan
benda uji dalam tiga lapis yang sama tebal.
4.
Padatkan setiap lapis
dengan cara menggoyang-goyangkan wadah dengan prosedur sebagai berikut:
1)
Letakkan wadah di atas
tempat yang kokoh dan datar, angkatlah salah satu sisinya kira-kira setinggi 5
cm kemudian lepaskan.
2)
Ulangi hal ini pada
sisi yang berlawanan. Padatkan lapisan sebanyak 25 kali untuk setiap sisi.
5.
Ratakan permukaan benda
uji dengan menggunakan mistar perata.
6.
Timbang dan catatlah
berat wadah beserta benda uji (W2).
7.
Hitunglah berat benda
uji (W3 = W2 - W1).
Hasil
Percobaan
Laporan Hasil Pengamatan
Berikut disajikan Tabel hasil pengamatan.
Tabel Pemeriksaan Berat Volume
Agregat
Observasi
I (Agregat Kasar)
|
Data 1
|
Data 2
|
|||
Padat
|
Gembur
|
Padat
|
Gembur
|
||
A
|
Volume
Wadah (Liter)
|
2,781
|
2,781
|
2,781
|
2,781
|
B
|
Berat
wadah (kg)
|
2,533
|
2,533
|
2,674
|
2,674
|
C
|
Berat
wadah + Benda Uji (kg)
|
6,777
|
6,257
|
6,573
|
6,187
|
D
|
Berat
Benda Uji (C-B) (kg/liter)
|
4,244
|
3,724
|
3,899
|
3,513
|
Berat Volume (
![]() |
1,526
|
1,339
|
1,402
|
1,263
|
|
Observasi
II (Agregat Halus)
|
Data 1
|
Data 2
|
|||
Padat
|
Gembur
|
Padat
|
Gembur
|
||
A
|
Volume
Wadah (Liter)
|
1,890
|
1,890
|
1,89
|
1,89
|
B
|
Berat
wadah (kg)
|
0,553
|
0,553
|
0,608
|
0,608
|
C
|
Berat
wadah + Benda Uji (kg)
|
3,932
|
3,683
|
3,818
|
3,735
|
D
|
Berat
Benda Uji (C-B) (kg/liter)
|
3,379
|
3,130
|
3,21
|
3,127
|
Berat Volume (
![]() |
1,788
|
1,656
|
1,698
|
1,654
|
|
Berat Volume Rata-Rata
|
|||||
Agregat Kasar (kg/liter)
|
Agregat Halus (kg/liter)
|
||||
Padat
|
1,46
|
1,74
|
|||
Gembur
|
1,3011
|
1,656
|
Analisis
Berdasar
hasil percobaan diperoleh nilai berat volume agregat kasar dan halus pada
kondisi padat maupun gembur. Pada kondisi padat, nilai berat volume sampel
agregat lebih besar dibandingkan dengan berat volume sampel agregat pada
kondisi gembur. Hal tersebut terjadi karena pada sampel agregat gembur tidak
dilakukan proses pemadatan seperti yang dilakukan pada sampel agregat padat.
Pada
sampel agregat padat dilakukan proses penumbukan menggunakan tongkat pemadat
sebanyak 25 kali pada setiap sepertiga bagian (yang diukur dengan tiap
sepertiga ketinggian wadah sampel) . Penumbukan mengakibatkan berkurangnya
volume udara yang terperangkap di dalam adonan agregat. Dengan demikian, volume
wadah yang semula terisi udara, dapat terisi dengan adonan secara lebih merata,
dengan kata lain kepadatannya bertambah.
Pada
volume yang sama, agregat kasar memiliki ruang yang yang dapat terisi udara
lebih besar dibanding dengan agregat halus, karena agregat halus dapat
terdistribusi dengan baik untuk memenuhi volume wadah. Sehingga, berat volume
sampel agregat kasar lebih kecil dari berat volume sampel agregat halus.
Analisis
Saringan Agregat
Tujuan
Pemeriksaan ini
dimaksudkan untuk menentukan pembagian butir (gradasi) agregat halus dan kasar.
Alat dan Bahan
Alat
Alat yang digunakan
dalam praktikum ini adalah sebagai berikut.
1.
Timbangan dan neraca
dengan ketelitian 0.2% dari berat benda uji
2.
Seperangkat saringan
dengan ukuran:
·
9,5 mm
·
No. 4 =
4,75 mm
·
No. 6 =
2,36 mm
·
No. 16 =
1,18 mm
·
No. 30 =
0.60 mm
·
No. 50 =
0.003 mm
·
No. 100 = 0.150 mm
·
No. 200 = 0.075 mm
3.
Talam-talam
4.
Kuas, sikat alat,
sendok, dan alat lainnya
Bahan
Bahan yang diuji adalah
500 gram agregat halus dan 3000 gram agregat kasar.
Prosedur Percobaan
1.
Analisis grafik dengan
menetapkan jumlah presentase lolos saringan atau yang tertahan saringan
2.
Membuat grafik
akumulatif (kurva gradasi).
3.
Memeriksa grafik dengan
batasan kurva gradasi untuk perencanaan campuran
Hasil Percobaan
Laporan Hasil Pengamatan
Hasil Pengamatan
Berikut
disajikan tabel hasil pengamatan.
Tabel Hasil Pengamatan Analisis
Saringan Agregat Halus Data 1
Ukuran
Saringan (mm)
|
Berat
Tertahan (gr)
|
% Tertahan
|
% Tertahan
Kumulatif
|
%Lolos
kumulatif
|
SPEC ASTM
C33-90
|
|
9,5
|
3
|
0,6
|
0,6
|
99,4
|
100
|
100
|
4,75
|
20
|
4
|
4,6
|
95,4
|
95
|
100
|
2,36
|
100
|
20
|
24,6
|
75,4
|
80
|
100
|
1,18
|
104
|
20,8
|
45,4
|
54,6
|
50
|
85
|
0,6
|
76
|
15,2
|
60,6
|
39,4
|
25
|
60
|
0,3
|
42
|
8,4
|
69
|
31
|
10
|
30
|
0,15
|
67
|
13,4
|
82,4
|
17,6
|
2
|
10
|
0,075
|
71
|
14,2
|
96,6
|
3,4
|
0
|
0
|
Wadah
|
17
|
3,4
|
100
|
0
|
||
TOTAL
|
500
|
100
|
383,3
|
|||
modulus kehalusan
|
3,838
|
Tabel Hasil Pengamatan Analisis
Saringan Agregat Halus Data 2
Ukuran Saringan (mm)
|
Berat Tertahan (gr)
|
% Tertahan
|
% Tertahan Kumulatif
|
%Lolos kumulatif
|
SPEC ASTM C33-90
|
|
9,5
|
20
|
4
|
4
|
96
|
100
|
100
|
4,75
|
59
|
11,8
|
15,8
|
84,2
|
95
|
100
|
2,36
|
109
|
21,8
|
37,6
|
62,4
|
80
|
100
|
1,18
|
107
|
21,4
|
59
|
41
|
50
|
85
|
0,6
|
60
|
12
|
71
|
29
|
25
|
60
|
0,3
|
37
|
7,4
|
78,4
|
21,6
|
10
|
30
|
0,15
|
48
|
9,6
|
88
|
12
|
2
|
10
|
0,075
|
55
|
11
|
99
|
1
|
0
|
0
|
Wadah
|
5
|
1
|
100
|
0
|
||
TOTAL
|
500
|
100
|
452,8
|
|||
modulus kehalusan
|
4,528
|
Tabel Hasil Pengamatan Analisis
Saringan Agregat Kasar Data 1
Ukuran Saringan
|
Berat Tertahan
|
% Tertahan
|
% Tertahan Kumulatif
|
%Lolos kumulatif
|
SPEC ASTM C33-90
|
|
25,4
|
0
|
0
|
0
|
100
|
100
|
100
|
19
|
98
|
3,267
|
3,267
|
96,733
|
90
|
100
|
5,5
|
2338
|
77,933
|
81,2
|
18,8
|
20
|
55
|
4,75
|
553
|
18,433
|
99,633
|
0,367
|
0
|
10
|
2,36
|
7
|
0,233
|
99,867
|
0,133
|
0
|
5
|
PAN
|
4
|
0,133
|
100
|
0
|
0
|
0
|
TOTAL
|
3000
|
100
|
383,97
|
216,03
|
Pemeriksaan
Zat Organik dalam Agregat Halus
Tujuan
Menentukan adanya bahan organik dalam
agregat halus yang akan digunakan pada campuran beton.
Alat dan Bahan
Alat
1.
Botol gelas tembus
pandang volume 350 ml dengan penutup karet atau gabus atau bahan penutup
lainnya yang tidak bereaksi terhadap NAOH.
2.
Standar warna (organic plate)
Bahan
1.
Contoh pasir dengan
volume 115 ml (1/3 volume botol)
2.
Larutan NaOH
Prosedur Percobaan
1.
Masukkan 115 ml pasir
kedalam botol tembus pandang (kurang lebih 1/3 isi botol).
2.
Tambah larutan NaOH 3%.
Setelah dikocok, isinya harus mencapai kira-kira ¾ volume botol.
3.
Tutup botol gelas
tersebut dan kocok hingga lumpur yang menempel pada agregat nampak terpisah dan
biarkan selama 24 jam agar lumpur tersebut mengendap.
4.
Setelah 24 jam,
bandingkan warna cairan yang terlihat dengan standar warna no.3 pada organic plate. (bandingkan lebih tua
atau lebih muda).
Hasil Percobaan
Gambar
3.5 Foto Hasil Percobaan Pengaruh Organik
Analisis
Pemeriksaan kandungan bahan organik
dalam agregat halus didasarkan pada standar warna nomor 3 pada Organic Plate. Apabila warna cairan yang
didiamkan kurang lebih 24 jam memiliki warna lebih tua dari standar warna nomor
3, berarti kandungan bahan organik melebih toleransi (pasir terlalu kotor).
Setelah dilakukan pengujian dan
didiamkan selama kurang lebih 24 jam, terdapat pemisahan antara agregat dan
air, lalu dibandingkan warna cairan dengan standar warna pada organic plate. Didapatkan hasil bahwa
warna cairan sedikit lebih muda dari standar warna nomor 3 dan mendekati warna
nomor 2 pada organic plate. Oleh
karena itu, kandungan bahan organik dalam agregat halus tidak melebihi batas toleransi.
Pemeriksaan Kadar Lumpur dalam Agregat Halus
Tujuan
Menentukan besarnya (persentase) kadar
lumpur dalam agregat halus yang digunakan sebagai campuran beton.
Alat dan Bahan
Alat
1.
Gelas ukur
2.
Alat pengaduk
Bahan
Contoh
pasir biasa dalam kondisi lapangan dengan bahan pelarut biasa.
Prosedur Percobaan
1.
Contoh benda uji
dimasukkan ke dalam gelas ukur.
2.
Tambahkan air pada
gelas ukur guna melarutkan lumpur.
3.
Gelas dikocok untuk
mencuci agregat halus dari lumpur.
4.
Simpan gelas pada
tempat yang datar dan biarkan lumpur mengendap setelah 24 jam.
5.
Ukur tinggi pasir (V1)
dan tinggi lumpur (V2)
Hasil Percobaan
Hasil Pengamatan
Gambar
3.6 Foto Hasil Pengamatan Kandungan Kadar Lumpur dalam Agregat Halus
Tabel Hasil Percobaan
Berikut
disajikan tabel hasil percobaan pemeriksaan kadar lumpur dalam agregat halus.
Tabel Kadar Lumpur Agregat Halus
Kadar Lumpur Agregat Halus
|
Data 1
|
Data 2
|
|
A
|
Tinggi Agregat Halus (ml)
|
188
|
168
|
B
|
Tinggi Lumpur (ml)
|
6
|
5
|
Kadar Lumpur ( %)
|
3,093
|
2,890
|
Analisis
Kandungan kadar lumpur < 5 %
merupakan ketentuan bagi penggunaan agregat halus untuk pembuatan beton.
Berdasar hasil percobaan dari 2 data didapat
kadar lumpur pada sampel
agregat yaitu < 5 %, dengan masing-masing
kadar lumpur sebesar 3,093 % dan 2,890 %. Kadar lumpur ini tidak melebihi ketentuan kadar lumpur maksimum yaitu 5%. Sehingga agregat halus memenuhi
persyaratan untuk campuran
beton.
Pemeriksaan Kadar Air Agregat
Tujuan
Menentukan besarnya kadar air yang
terkandung dalam agregat dengan cara pengeringan.
Alat dan Bahan
Alat
1.
Timbangan dengan
ketelitian 0,1% dari berat contoh
2.
Oven suhunya dapat
diatur sampai (110 ± 5) 0C
3.
Talam logam tahan karat
berkapasitas cukup besar bagi tempat pengeringan tempat uji.
Bahan
Berat
minimum contoh agregat dengan diameter maksimum 5mm adalah 0.5 kg
Prosedur Percobaan
1.
Timbang dan catat berat
talam (W1)
2.
Masukkan benda uji ke
dalam talam dan kemudian berat talam + benda uji ditimbang. Catat beratnya (W2).
3.
Hitung berat benda uji
W3=W2-W1
4.
Keringkan contoh benda
uji bersama talam dalam ovenpada suhu (110 ± 5)0 C hingga beratnya
tetap.
5.
Setelah kering contoh
ditimbang dan dicatat berat benda uji beserta talam (W4).
6.
Hitunglah berat benda
uji kering : W5 = W4 – W1
Hasil Percobaan
Hasil Observasi
Berikut disajikan tabel
hasil percobaan pemeriksaan kadar agregat.
Tabel Hasil Pemeriksaan Kadar Air
Agregat
Observasi I (Agregat Kasar)
|
Observasi II (Agregat Halus)
|
|||||
Data 1
|
Data 2
|
Data 1
|
Data 2
|
|||
A
|
Berat
Wadah (gr)
|
266
|
192
|
266
|
110
|
|
B
|
Berat
Wadah + benda uji (gr)
|
1828
|
1929
|
1857
|
1501
|
|
C
|
Berat
Benda Uji (B-A) (gr)
|
1562
|
1737
|
1591
|
1391
|
|
D
|
Berat
Benda Uji Kering (gr)
|
1498
|
1605
|
1574
|
1358
|
|
KA =
|
4,272
|
8,224
|
1,080
|
2,430
|
Analisis
Yang dimaksud dengan kadar air agregat
adalah perbandingan antara berat agregat dalam kondisi kering terhadap berat
semula yang dinyatakan dalam persen. Dilihat dari unsur permukaan agregat halus
dan kasar. Air akan lebih banyak diserap oleh satuan berat agregat halus
daripada satuan berat agregat kasar. Hal ini karena pori-pori yang dibentuk
oleh agregat halus lebih mudah memberikan ruang untuk ditempati air daripada
ruang dalam pori-pori agregat kasar, serta daya absorbsi agregat halus lebih
tinggi daripada agregat kasar.
Berdasar percobaan diketahui bahwa kadar
air rata-rata agregat kasar > kadar air rata-rata agregat halus. Hal ini
menunjukkan kandungan air daalam agregat kasar lebih tinggi dibanding agregat
halus. Terdapat kondisi dimana tidak
menutup kemungkinan bahwa tingkat kejenuhan air pada kondisi awal agregat halus
lebih rendah daripada tingkat kejenuhan air pada kondisi awal agregat kasar.
Sehingga menyebabkan kadar air agregat kasar > kadar air agregat halus.
Analisis Spesific
Gravity dan Penyerapan Agregat Halus
Tujuan
Menentukan bulk and apparent specific gravity dan penyerapan (absorpsi) dari
agregat halus menurut prosedur ASTM C128.Nilai ini diperlukan untuk menetapkan
besarnya komposisi volume agregat dalam adukan beton.
Alat dan Bahan
Alat
1.
Timbangan dengan
ketelitian 0,5 gram, kapasitas maksimum 1000 gram
2.
Piknometer dengan
kapasitas 500 gram
3.
Cetakan kerucut pasir
4.
Tongkat pemadat logam
Bahan
Berat
contoh agregat halus disiapkan sebanyak 1000 gram.
Prosedur Percobaan
1.
Agregat halus yang
jenuh air dikeringkan sampai diperoleh kondisi kering.
2.
Sebagian dari contoh
dimasukkan ke dalam metal sand cone mold.
Benda uji dipadatkan dengan alat pemadat (tamper). Jumlah tumbukan 25 kali.
Kondisi SSD diperoleh jika saat cetakan diangkat, butir pasir longsor.
3.
Contoh agregat halus
sebesar 500 gram dimasukkkan ke dalam piknometer kemudian diisi dengan air
hingga 90% penuh. Bebaskan gelembung udara dengan menggoyang-goyangkan
piknometer. Timbang berat piknometer yang berisi contoh dengan air.
4.
Pisahkan benda uji
dengan piknometer dan keringkan dalam waktu 24 jam.
5.
Timbang berat
piknometer yang berisi air sesuai dengan kapasitas kalibrasi pada temperature
73,4o F dengan ketelitian 0,1 gram.
Hasil Percobaan
Hasil
Pengamatan
Berikut disajikan tabel hasil
percobaan.
Tabel Hasil Pengamatan Spesific Gravity Agregat Halus
Data 1
|
Data 2
|
||
A
|
Berat pikometer (gr)
|
154
|
154
|
B
|
Berat contoh kondisi SSD (gr)
|
500
|
500
|
C
|
Berat piknometer + air + Contoh SSD (gr)
|
958
|
958
|
D
|
Berat piknometer + air (gr)
|
652
|
652
|
E
|
Berat contoh kering (gr)
|
495
|
495
|
Apparent Spesific gravity
|
2,619
|
2,619
|
|
Bulk Spesific gravity Kering
|
2,552
|
2,552
|
|
Bulk Spesific garvity (SSD)
|
2,577
|
2,577
|
|
Presentase absorbsi air (%)
|
1,010
|
1,010
|
|
RATA-RATA
|
|||
Apparent
Spesific gravity
|
2,619
|
||
Bulk
Spesific gravity Kering
|
2,552
|
||
Bulk
Spesific garvity (SSD)
|
2,577
|
||
Presentase absorbsi air (%)
|
1,010
|
Analisis
Specific
gravity adalah nilai perbandingan massa jenis
agregat dengan massa jenis air. Namun dalam percobaan ini volume air dan volume
agregat bernilai sama, jadi specific
gravity diperoleh dari perbandingan massa agregat dan massa air.
Berdasar
hasil percobaan, didapat bahwa
nilai
Bulk Spesific Gravity (Kering) = 2,5515
nilai
Bulk Spesific Gravity (SSD) = 2,57732
nilai Apparent
Spesific Gravity = 2,6191
Sehingga,
nilai Bulk Spesific Gravity (Kering)
< Bulk Spesific Gravity (SSD) <
Apparent Spesific Gravity. Nilai
Absorbsi Air pada sampel agregat halus sebesar 1,0101 %.
Analisis Spesific
Gravity dan Penyerapan Agregat Kasar
Tujuan
Menentukan bulk and apparent specific gravity dan penyerapan dari agregat
kasar menurut prosedur ASTM C127. Nilai ini dapat digunakan dan diperlukan
untuk menetapkan besarnya komposisi volume agregat dalam adukan beton.
Alat dan Bahan
Alat
1.
Timbangan dengan
ketelitian 0,5 gram, kapasitas maksimum 5 kg
2.
Keranjang besi diameter
203,2 mm (8’’) dan tinggi 63,5 (2,5‘’)
3.
Alat penggantung
keranjang
4.
Handuk atau kain pel
Bahan
Berat contoh agregat sebanyak 11 liter dalam keadaan kering muka (SSD)
Prosedur Percobaan
1.
Benda uji direndam selama
24 jam.
2.
Benda uji dikeringan
permukaannya hingga tercapai kondisi SSD (Surface
Saturated Dry) dengan cara mengelap dan menggulungkan handuk pada butiran
agregat kasar.
3.
Timbang benda uji dalam
kondisi SSD tersebut (A).
4.
Benda uji diletakkan ke
dalam keranjang dan direndam kembali di dalam air, kemudian ditimbang, hitung
berat contoh kondisi jenuh (B).
5.
Benda uji dikeringkan
pada suhu (212-300)o F. Setelah didinginkan, timbang berat contoh
kondisi kering (C).
Hasil Percobaan
Hasil Pengamatan
Berikut
disajikan tabel hasil pengamatan
Tabel 3.9. Hasil
Pengamatan Spesific Gravity Agregat
Kasar
Data 1
|
Data 2
|
||
A
|
Berat Contoh SSD
|
3000
|
3000
|
B
|
Berat Contoh Dalam Air
|
1888,5
|
1904
|
C
|
Berat contoh kering di udara
|
2925
|
2945
|
Apparent Spesific gravity
|
2,822
|
2,829
|
|
Bulk Spesific gravity Kering
|
2,632
|
2,687
|
|
Bulk Spesific gravity (SSD)
|
2,699
|
2,737
|
|
Presentase absorbsi air (%)
|
2,564
|
1,868
|
|
RATA-RATA
|
|||
Apparent
Spesific gravity
|
2,826
|
||
Bulk
Spesific gravity Kering
|
2,660
|
||
Bulk
Spesific garvity (SSD)
|
2,718
|
||
Presentasi absorbsi air (%)
|
2,216
|
Analisis
Specific
gravity adalah nilai perbandingan massa jenis
agregat dengan massa jenis air. Namun dalam percobaan ini volume air dan volume
agregat bernilai sama, jadi specific
gravity didapat dari perbandingan massa agregat dan massa air.
Berdasar
hasil percobaan, didapat bahwa
nilai
Bulk Spesific Gravity (Kering) = 2,8255
nilai
Bulk Spesific Gravity (SSD) = 2,6595
nilai Apparent
Spesific Gravity = 2,718
Sehingga,
nilai Bulk Spesific Gravity (Kering)
< Bulk Spesific Gravity (SSD) <
Apparent Spesific Gravity. Nilai Absorbsi
Air pada sampel agregat kasar sebesar 2,216 %.
0 komentar: